Media
dan Sampah Visual Dalam Tubuh Anonim
Oleh:
Andy Sri Wahyudi
Keburukan
– keburukan yang muncul dalam diri manusia mempengaruhi tubuh, pikiran dan
perasaan manusia dalam perilakunya.
Sepercik kalimat itulah yang melahirkan pertunjukan
monolog “To’BAD”, dimainkan oleh Hendra Setiawan, salah satu aktor Teater Kubur
– Jakarta. Pertunjukan pada hari Kamis, 21 Maret di Sanggar Bengkel Mime
Theatre – Yogya itu menciptakan teror – teror lewat gerak tubuh dan mimik wajah
yang tak lazim. Hendra berperan menjadi tokoh Anonim, ia mengejek beberapa
penonton dari belakang dengan mimik wajah buruk, lidah menjulur dan jari-jari
tangan bergerak seperti penyihir. Penonton dibuat resah sekaligus geli dengan
tingkah polah tokoh tersebut. Sebuah kemunculan yang terasa janggal, ia datang tiba-tiba
dan memaksa penonton untuk mengenalinya tanpa mengerti latar belakang hidup dan
karakternya. Apalagi maksud dan tujuannya.
Tokoh tersebut semakin meresahkan dengan
tubuhnya yang sesekali mengejang – ngejang lalu perlahan melepas baju dan
celana panjangnya, hingga tinggal mengenakan celana kolor. Siapapun diejek dan
diolok-olok dengan wajah buruknya, beberapa penonton juga membalasnya dengan
olok-olok wajah buruk. Ia bersikap sok akrab dengan penonton yang tak
dikenalnya, mengajak bersalaman, tersenyum manis dan merangkulnya. Terlihat
bahwa dirinya adalah orang tak dikenal yang tiba-tiba datang dan tak tahu malu.
Sebab penonton yang diakrabinya tampak risih, bahkan ada yang merasa jijik.
Tokoh Anonim itu terus bergerak dengan tubuh dan mimik wajah yang selalu berubah-ubah
karakternya. Sesekali ia tersenyum, menertawai dan mengejar penonton. Ia sengaja
terus menerus membuat teror dengan perubahan polah tingkah dan mimik wajahnya. Hingga
alur gerakannya beputar kembali pada titik awal, dikenakannya lagi baju dan
celana penjangnya. Ia kembali berkumpul bersama penonton dan melupakan teror
yang telah dilakukannya. Monolog “To’BAD” seperti tak ada akhir namun dibiarkan
selesai begitu saja, hanya menyisakan kenangan wajah-wajah palsu yang buruk dan
gerak tubuh yang asing.
Inspirasi
dari Serangan Media
Fenomena media sosial semacam facebook,
twitter dan acara infotainment menjadi esensi dari monolog “To’BAD”. Fungsi media
sosial tak lagi ke arah positif namun telah melenceng hingga melahirkan
kriminalitas, penipuan dan berita sampah yang merugikan banyak orang. Acara
televisi semacam infotainment menjadi ajang mengumbar gosip saling menjelekkan
dan mengolok-olok. Aib pribadi menjadi barang dagangan yang diperjual belikan
dikhalayak umum. Ironisnya masyarakat malah menikmati sebagai konsumsi
sehari-hari yang dijadikan tontonan untuk segala usia. Segala hal tentang
keburukan telah menjadi sesuatu yang layak dibanggakan dan seolah hal-hal buruk
menjadi idola masyarakat.
Fenomena terbaru yang muncul adalah
hadirnya sampah-sampah visual berupa
wajah calon legislatif. Mereka hadir secara tiba-tiba di tengah kehidupan masyarakat,
tidak sekadar hadir begitu saja tetapi membawa janji-janji untuk masa depan
yang lebih baik. Mereka datang mengatasnamakan kebaikan, kebahagiaan dan
kesejahteraan. Wajah-wajah itu hadir dengan senyum manis, santun dan tampak akrab
seolah mereka saudara atau sahabat dekat. Mereka meminta dipilih untuk menjadi
pemimpin yang memperjuangkan kehidupan rakyat. Hadirnya wajah-wajah itu
mengotori jalanan, merusak keindahan taman, bahkan ada yang sembarangan memaku
di batang pohon. Kehadiran sampah visual itu terasa sebagai sebuah teror baru
yang memaksa untuk mengenali dan memilihnya secara tiba-tiba, tanpa mengerti
kebenaran maksud dan tujuannya. Masyarakat seperti sedang dibentuk menjadi
masyarakat asal-asalan.
Teror dan intrik dalam dunia hiburan dan
politik dari media itulah yang kemudian membentuk tubuh Anonim menjadi tubuh
yang gagap dan sulit berkembang secara progresif. Tubuh, pikiran dan perasaan
didikte oleh media sosial dan visual. Rasanya tak ada ruang untuk tawar
menawar, semua dipaksakan untuk kepentingan kelas dan golongan tertentu. Tubuh
Anonim menggambarkan sebuah masyarakat yang terus menerus dijejali berita dan visual
dari berbagai media tanpa mengetahui kebenarannya, masyarakat disulap menjadi
mahkluk penurut. Tak ada waktu untuk merenung dan mengkritisi apa yang
dipikirkan dan dirasakannya.
Membuka
Kesadaran
Monolog “To’BAD” karya Hendra Setiawan
mengajak sejenak diam untuk merenung mengkritisi keadaan. Diam untuk membuka
kesadaran bahwa tak selamanya berita diberbagai media itu benar, juga sampah-sampah
visual yang memajang wajah manis itu belum tentu seorang pribadi yang tulus, jujur
dan bervisi menuju perubahan yang baik. Semua harus dikritisi dan dikoreksi dengan
pikiran sehat, sebab siapa tahu dibalik berita, wajah dan janji-janji manis itu
menyimpan keburukan-keburukan. Masyarakat diajak agar mempunyai sikap dan
prinsip yang kuat dalam menghadapi serangan dari berbagai media dan teror dari
sampah-sampah visual di jalan-jalan. Keburukan yang muncul dalam diri juga harus
dicegah agar tidak menjalar mempengaruhi pikiran, prasaan dan perilaku. Ada dua
pilihan, melawan keburukan atau menjadikan keburukan sebagai kodrat manusia
yang tak pernah berakhir. Keburukan mempunyai banyak wajah yang berupa
kebohongan, kriminal, mengumbar janji
palsu, munafik, pengecut, bodoh, tak sadar diri, sombong dan masih banyak yang
lainnya. Satu jalan agar terbebas dari pengaruh keburukan hanya melawannya
dengan ketegasan dan kesadaran untuk menuju suatu masyarakat yang kritis.
Yogyakarta,
23 Maret 2014
Andy
Sri Wahyudi
Pemimpin
Bengkel Mime Theatre Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar