Rabu, 05 November 2014

Pementasan TO'BAD

Media dan Sampah Visual Dalam Tubuh Anonim
Oleh: Andy Sri Wahyudi

Keburukan – keburukan yang muncul dalam diri manusia mempengaruhi tubuh, pikiran dan perasaan manusia dalam perilakunya.
Sepercik kalimat itulah yang melahirkan pertunjukan monolog “To’BAD”, dimainkan oleh Hendra Setiawan, salah satu aktor Teater Kubur – Jakarta. Pertunjukan pada hari Kamis, 21 Maret di Sanggar Bengkel Mime Theatre – Yogya itu menciptakan teror – teror lewat gerak tubuh dan mimik wajah yang tak lazim. Hendra berperan menjadi tokoh Anonim, ia mengejek beberapa penonton dari belakang dengan mimik wajah buruk, lidah menjulur dan jari-jari tangan bergerak seperti penyihir. Penonton dibuat resah sekaligus geli dengan tingkah polah tokoh tersebut. Sebuah kemunculan yang terasa janggal, ia datang tiba-tiba dan memaksa penonton untuk mengenalinya tanpa mengerti latar belakang hidup dan karakternya. Apalagi maksud dan tujuannya.

Tokoh tersebut semakin meresahkan dengan tubuhnya yang sesekali mengejang – ngejang lalu perlahan melepas baju dan celana panjangnya, hingga tinggal mengenakan celana kolor. Siapapun diejek dan diolok-olok dengan wajah buruknya, beberapa penonton juga membalasnya dengan olok-olok wajah buruk. Ia bersikap sok akrab dengan penonton yang tak dikenalnya, mengajak bersalaman, tersenyum manis dan merangkulnya. Terlihat bahwa dirinya adalah orang tak dikenal yang tiba-tiba datang dan tak tahu malu. Sebab penonton yang diakrabinya tampak risih, bahkan ada yang merasa jijik. Tokoh Anonim itu terus bergerak dengan tubuh dan mimik wajah yang selalu berubah-ubah karakternya. Sesekali ia tersenyum, menertawai dan mengejar penonton. Ia sengaja terus menerus membuat teror dengan perubahan polah tingkah dan mimik wajahnya. Hingga alur gerakannya beputar kembali pada titik awal, dikenakannya lagi baju dan celana penjangnya. Ia kembali berkumpul bersama penonton dan melupakan teror yang telah dilakukannya. Monolog “To’BAD” seperti tak ada akhir namun dibiarkan selesai begitu saja, hanya menyisakan kenangan wajah-wajah palsu yang buruk dan gerak tubuh yang asing.

Inspirasi dari Serangan Media
Fenomena media sosial semacam facebook, twitter dan acara infotainment menjadi esensi dari monolog “To’BAD”. Fungsi media sosial tak lagi ke arah positif namun telah melenceng hingga melahirkan kriminalitas, penipuan dan berita sampah yang merugikan banyak orang. Acara televisi semacam infotainment menjadi ajang mengumbar gosip saling menjelekkan dan mengolok-olok. Aib pribadi menjadi barang dagangan yang diperjual belikan dikhalayak umum. Ironisnya masyarakat malah menikmati sebagai konsumsi sehari-hari yang dijadikan tontonan untuk segala usia. Segala hal tentang keburukan telah menjadi sesuatu yang layak dibanggakan dan seolah hal-hal buruk menjadi idola masyarakat.

Fenomena terbaru yang muncul adalah hadirnya sampah-sampah visual  berupa wajah calon legislatif. Mereka hadir secara tiba-tiba di tengah kehidupan masyarakat, tidak sekadar hadir begitu saja tetapi membawa janji-janji untuk masa depan yang lebih baik. Mereka datang mengatasnamakan kebaikan, kebahagiaan dan kesejahteraan. Wajah-wajah itu hadir dengan senyum manis, santun dan tampak akrab seolah mereka saudara atau sahabat dekat. Mereka meminta dipilih untuk menjadi pemimpin yang memperjuangkan kehidupan rakyat. Hadirnya wajah-wajah itu mengotori jalanan, merusak keindahan taman, bahkan ada yang sembarangan memaku di batang pohon. Kehadiran sampah visual itu terasa sebagai sebuah teror baru yang memaksa untuk mengenali dan memilihnya secara tiba-tiba, tanpa mengerti kebenaran maksud dan tujuannya. Masyarakat seperti sedang dibentuk menjadi masyarakat asal-asalan.

Teror dan intrik dalam dunia hiburan dan politik dari media itulah yang kemudian membentuk tubuh Anonim menjadi tubuh yang gagap dan sulit berkembang secara progresif. Tubuh, pikiran dan perasaan didikte oleh media sosial dan visual. Rasanya tak ada ruang untuk tawar menawar, semua dipaksakan untuk kepentingan kelas dan golongan tertentu. Tubuh Anonim menggambarkan sebuah masyarakat yang terus menerus dijejali berita dan visual dari berbagai media tanpa mengetahui kebenarannya, masyarakat disulap menjadi mahkluk penurut. Tak ada waktu untuk merenung dan mengkritisi apa yang dipikirkan dan dirasakannya.

Membuka Kesadaran
Monolog “To’BAD” karya Hendra Setiawan mengajak sejenak diam untuk merenung mengkritisi keadaan. Diam untuk membuka kesadaran bahwa tak selamanya berita diberbagai media itu benar, juga sampah-sampah visual yang memajang wajah manis itu belum tentu seorang pribadi yang tulus, jujur dan bervisi menuju perubahan yang baik. Semua harus dikritisi dan dikoreksi dengan pikiran sehat, sebab siapa tahu dibalik berita, wajah dan janji-janji manis itu menyimpan keburukan-keburukan. Masyarakat diajak agar mempunyai sikap dan prinsip yang kuat dalam menghadapi serangan dari berbagai media dan teror dari sampah-sampah visual di jalan-jalan. Keburukan yang muncul dalam diri juga harus dicegah agar tidak menjalar mempengaruhi pikiran, prasaan dan perilaku. Ada dua pilihan, melawan keburukan atau menjadikan keburukan sebagai kodrat manusia yang tak pernah berakhir. Keburukan mempunyai banyak wajah yang berupa kebohongan, kriminal, mengumbar  janji palsu, munafik, pengecut, bodoh, tak sadar diri, sombong dan masih banyak yang lainnya. Satu jalan agar terbebas dari pengaruh keburukan hanya melawannya dengan ketegasan dan kesadaran untuk menuju suatu masyarakat yang kritis.

Yogyakarta, 23 Maret 2014
Andy Sri Wahyudi
Pemimpin Bengkel Mime Theatre Yogyakarta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar