Masih
ada di sana
Buat
Ara
Bintang
– bintang jauh sekali dari sini
Seperti
wajahmu yang murung menungguku
Angin
pantai datang padaku, ia membawa kehangatan
Kota
bersuara sepi dan bulan menyabit di atas lautan
Di
sini aku ingin membuat kemerdekaan dari wajah dan tubuh
Berhari
– hari aku menari – nari di jalanan,
di
bawah debu dan panas, di antara luka lama dan hening
Di
tengah tawa dan deru mobil yang lucu
apakah
sudah makan seafood atau ikan bakar hari ini?
Bintang
bintang bicara sendiri, Sepertiku
seperti
igauan yang panjang dan haru.
Sepertimu
yang hangat di dalam tubuhku.
Makassar,
2014
cerita anak-anak negri
buat
sahabat sahabatku
sejak sawah-sawah
dilipat-lipat menjadi beton-beton bertingkat!
anak-anak negri tak lagi
mengakrabi bumi pertiwi
terkucil di tengah perubahan,
memandangi kemewahan asing
meratapi bulir-bulir padi.
sejak sekolah-sekolah
dipagari dinding-dinding tinggi
anak-anak negri tak mengenali
kenyataan hidup bangsanya sendiri
mengejar cita-cita, melompat-lompat
girang tak peduli menanjak
di tengah ketertinggalan
kanan kiri.
sejak tanah-tanah ditumbuhi
pabrik-pabrik industri
anak-anak negri tak menikmati
kesuburan tanah leluhurnya
tubuh-tubuh berganti besi,
keringat dirubah menjadi oli
hanya mengais sampah-sampah
upah yang payah!
sejak pemandangan disulap
menjadi mall-mall, hotel
dan café-café demi
kepentingan para pemodal
anak-anak negri dihantui
mimpi-mimpi
tak mengenali prinsip dan
pribadi!
lupa (harga) diri
sejak para penjudi berceramah
seperti kyai
anak-anak negeri terbius
janji-janji
tertidur diranjang
angan-angan
dijejali sandiwara-sandiwara
dan telenovela
sejak tentara menjadi
cita-cita dan merasa
gagah berdiri membanggakan
amunisi
bingung mengatur strategi
memerangi rakyat
melindungi diri sendiri.
anak-anak negeri kembali
dirasuki sejarah gelap para penjajah
sejak seni bergelombang
menjadi bayang-bayang
karier dan prestasi.
terkurung gunung-gunung mimpi
dan susah rendah hati. anak-anak
negeri berkompromi
menjadi bajingan-bajingan
seni yang mondar-mandir sendiri
sambil ketawa-ketiwi
menertawai berdikari!
kepada mereka para peletak
batu-batu pertama
yang lahir dari kegagahan
masa silam
yang melewati
pertarungan-pertarungan panjang melelahkan
yang membabati hutan-hutan!
yang medobrak – dobrak
belenggu sambil bertriak: merdeka!
yang menyerukan deru
kebebasan keseluruh penjuru!
kini tertinggal layu, tak
terjejak. beku di buku-buku!
ya, sejak saat itu...
sejak raja-raja menuntut
upeti-upeti
berkelakar di atas kursi
bersanding permaisuri
menghendaki sembah-sembah dan
puja-puji
sejak menjamur gengsi-gengsi
para priyayi
bernyanyi sambil menjilati
kaki-kaki
sejak kapal-kapal eropa
merapat di pantai-pantai nusantara
menggasak rempah dan madu
negri pertiwi
hanya mewariskan cara dan gaya menguasai
sampai saat ini tertanam di
kepala anak-anak negri
menjajahi bangsanya sendiri…
03 Nov 2005
Pagi Februari
Pagi tadi ada tangan aneh yang memberiku kasih sayang, entah
tangan siapa. Tapi bukan tangan istriku. Sentuhannya lembut seperti gandum, aku
terpejam, enggan rasanya untuk membuka mata. Apakah ada tangan dewi kayangan
yang baru saja mampir di pipiku? Aku heran, tapi aku merasakannya. Ia datang
tepat saat aku sedang malas, saat aku sedang sakit hati, saat aku sedang
merancang mencari uang. Tangan itu tangan cinta, tapi bukan tangan istriku.
Rasanya lucu seperti masa kecil, seperti tangisan saat ingin ikut ibu pergi ke
pasar. Aku ingin tertawa, menertawai hidupku yang bercita-cita menjadi pasar
dan matahari sore.
Karangmalang, 2013
Rajin Menabung
Buat
Mohamad Hatta
Ibu menyirami tanaman setiap sore. Aku senang melihatnya.
Jari-jarinya bercahaya seperti kemerdekaan yang lahir dari
nafasku.
Daun-daun ingin hidup abadi bersama tanah dan sejarah
Semua menyayangi tanah dan air, semua adalah darah yang
berpelukan
Karena Kakek tak pernah menghancurkan plakat perdamaian
tapi ulat bulu yang mengkrikitinya hingga kalimat dalam
plakat menjadi kepingan sampah
anak-anak benci pada ulat bulu karena mereka datang dari
sebuah dunia yang miskin dan pelit
suatu hari kita akan menjadi besi yang lentur dan harum
besi yang berlapis emas pengetahuan yang berjalan tegap
seperti mercusuar
kita akan memberi makan ulat-ulat bulu dan mengajari
kebaikan
perasaan dan pikiran kita akan terbang tak mendekam dipojok
museum
ibu masih menyiram bunga ketika aku datang dengan bendi roda
dua
kubawakan setangkai cerita yang akan menemani tidurnya nanti
ku tunggu halaman rumah hingga basah dan gunung-gunung akan
menemaniku
berbicara pada serangga, batu, daun, meja kursi dan hasil
bumi.
Aku akan bercerita tantang bendera yang berkibar – kibar
Aku akan menyimpan nafas dan keringat untuk pertemuan di
meja bundar
Di halaman rumah, ibu selalu menyiramiku sebab aku adalah
tanah tempat semua berada
Tanah yang menabung nafas, doa, keberanian, ketulusan,
kepalan tangan dan perjalanan.
Halo ibu…
kini aku bisa mencipta kemerdekaan bersama teman-temanku
karena aku rajin menabung…
April 2013
Berjemur Matahari
Pagi
Buat Ir Soekarno
…dan hujan semakin deras, ia membawa cerita tentang dada
yang menantang, tentang tangan-tangan yang terkepal, tentang kapal-kapal yang
berlayar, tentang hutan, ngarai, gunung, bukit dan lembah. Tentang darah-darah
yang berpelukan. Di atas tanah ini.
Huaahheemm…aku
mengantuk dipelukan nenek yang terus bercerita:
…jauh di sana ada penjara berwarna perak yang dihuni kurcaci
gagah perkasa. Cahaya hangat dari debu-debu
menembus penjara, cahaya yang membuat pohon dan rumput tertawa. Cahaya
yang membuat tulang-tulang kurcaci
berubah besi dan emas. Berubah huruf dan kata. Berubah gelegar suara. Berubah
raksasa, dan ia bernama dunia !
Langit membawa kicau burung dan denging serangga,
mengisahkan legenda; Buah mangga menertawai pohon kering yang angkuh, kupu-kupu
terbang membentur tembok –tembok pengadilan. Ada kaleng rombeng menggugat
kemanusiaan. Rajah leluhur menjadi abu perjuangan dalam peci beludru hitam.
Matahari mencintai tubuh yang menggeliat-liat di atas rerumputan, tubuh yang
melahirkan persatuan di bawah pohon sukun.
Inilah doa-doa panjang yang berkibar kibar di dada pemuda,
doa dari seribu tangan yang membuat adonan revolusi dari teks-teks dan
suara-suara api.
…udara melukis kristal-kristal embun, menggumpal, berkilau
meneteskan Proklamasi:
Kami adalah bangsa yang lahir dari kata M A R D I K A!
Nenek masih bercerita....
Jogja, Juli 2013
Cincin Kertas
Buat Ara
Kubuatkan hadiah ulang tahunmu
Untuk bicara tentang awan dan
waktu yang memutih.
Untuk sebuah legenda:
Lelaki Jalanan dan Perempuan Hujan
yang menaruh kesetiaan dan janji
di tengah ruang bernama titik
yang
setiap tahun akan berbuah
setiap tahun akan bersemi
setiap tahun akan menjadi
cincin yang melingkar
hening
pada selembar pagi.
Agustus, 2013
BalasHapus- jual titan gel
- titan gel asli
- titan gel original
- Jua obat pembesar penis
- Jual Obat Pembesar Alat Vital Pria