Minggu, 21 Oktober 2012

Liputan Pentas Puisi



Dik Iblis Menertawai Penyair

SEMARANG -- Konsep baru pembacaan puisi disuguhkan dengan menggemaskan di acara "Sahabatan Sama Dik Iblis", Rabu (19/7) malam. Pasalnya, puisi dibacakan ke dalam sebuah konsep pertunjukan teaater. Berpuluh puisi dinikmati dengan lugas. Meski kata penuh arti tetap menjadi kekuatan utama di setiap puisi. Perhelatan ini diadakan di Gedung E Lantai III, kampus Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Jalan Nakula 1 Nomor 1- 12, Semarang. Penonton seringkali tertawa cekikikan karena ulah aktornya yang lucu.

Acara ini merupakan rangkaian dari bedah buku puisi karya Andy Sri Wahyudi (32). Andy adalah pelaku kesenian lintas genre. Ia mengibaratkan laku seninya seperti bermain-main dengan semangat anak kecil tetapi tetap bertanggungjawab. Seperti halnya kali ini, puisinya dalam dua buku antologi di pilih dan direpresentasikan ke pertunjukan teater. Dua buah antologi puisi itu yakni, "Ibu, Aku Ingin Dibelikan Mushola" dan "Iblis Imut dan Uh Kamu Nyebelin".

Selama sepuluh tahun Andy menulis puisi dalam dua buku tersebut. Laku seni, bagi Andy, bukanlah laku memiskinkan diri. Pertunjukan berdurasi sekitar satu jam tersebut mencoba membongkar faham itu. Keseriusan berjibaku dengan karya seni yang membuat lupa dengan sisi lain dari hidup ditolaknya. "Yang penting aku tidak mengalami kalau puisi memiskinkan diriku," ucap salah satu tokoh dalam pertunjukan dengan tajuk "Pertunjukan Puisi Dalam Fragment Cinta".

Andy menggodog konsep pertunjukannya dengan membenturkan realita. Dalam salah satu adegan, seorang penyair membaca dengan serius. Tetapi masyarakat bukannya menikmati, malahan menganggapnya tidak ada. Bahkan ada yang menyangsikan kata-kata indah dari mulut penyair. "Buku ini bagi saya adalah sebuah kenang-kenangan perjalanan hidup," kata Andy kepada Jateng Pos.

Lagi, tokoh dik iblis di pertunjukan ini adalah interprestasi sahabat yang setia. Tokoh utama, diperankan Andy, mempunyai sahabat sedari kecil yaitu dik iblis ini. Sejak kecil tokoh utama tanpa nama ini menginginkan menjadi penyair. Namun, ibunya selalu tidak merestui. Bahkan seringkali diusir karena menurut ibunya penyair tidak mempunyai ketrampilan dalam bertahan hidup. Tokoh utama tetap bersikeras menjadi penyair. "Sedikit banyak tulisan saya adalah pengalaman hidup saya sendiri," ucap penulis naskah Bengkel Mime Teathre ini.

Sekitar 90 penonton dibuat gembira karena kelucuan realitas penyair. Usai pementasan dilanjutkan bedah dua buku antologi itu. Diskusi berjalan mengalir. Konsep pembacaan puisi yang dibawa Andy dianggap eksplorasi baru. Penyuguhkan pantomim dan alur dianggap menjadi kabar gembira dalam eksplorasi puisi yang seringkali terkesan kaku. "Menurut saya puisi Andy itu sangat serius. Meski presentasi dalam pertunjukan diungkapkan dengan kulucuan," kata Agung Hima, pembicara dalam bedah buku. (Aristya Kusuma Verdana)


________________________________________________________________________


Andy SW, Mengolok-olok dalam Puisi

Semarang Tengah

Kurang lebih satu jam lamanya, Rabu (19/7) lalu penonton disuguhi pembacaan puisi  oleh kelompok pertunjukan Bengkel Mime di Gedung E Lantai III, kampus Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Jalan Nakula 1 Nomor 1- 12, Semarang. Andy Sri Wahyudi (32) penyair yang puisinya diterjemahkan dalam bentuk pertunjukan malam itu juga ikut pentas bersama Bengkel Mime. Pertunjukannya menjadi menarik karena seluruh puisi  yang ditampilkan dibingkai dalam satu alur cerita tertentu. Ada penokohan meskipun tidak jelas benar karakternya. Semua fragmen bersumber pada 2 antologi yang malam itu diluncurkan bersamaan.

Dua buah antologi puisi itu yakni, Ibu, Aku Ingin Dibelikan Mushola dan Iblis Imut dan Uh Kamu Nyebelin. Nyaris semua puisi yang dipilih merupakan bahan olok-olok, ejekan, ajakan menertawakan diri profesi penyair. Andy, penyair kelahiran Yogyakarta 13 Desember 1980 bersama para pemain lainnya secara bergantian membacakan puisi setelah sebelumnya selalu didahului dialog-dialog antar pemainnya."Ini merupakan kali pertama saya mementaskan puisi, saya bilang pentas karena seluruh pertunjukannya memang digarap serius dan tidak asal baca. Ada alur, tokoh yang berusaha kami bangun, konflik, dan klimaks," katanya pada Warta Jateng.

Tidak dinyana, bahasa puisi yang untuk beberapa orang sulit dipahami, dengan dibantu visualisasi melalui pentas menjadi cukup mudah dipahami. Hal ini dirasakan oleh Sulung Pamanggih, mahasiswa IKIP PGRI yang malam itu menonton."Pertunjukannya ringan, mudah dipahami, namun cukup menampar," katanya.

Dalam salah satu adegan misalnya, tokoh utama terus menerus membacakan puisinya sementara ibunya di dapur memanggil-manggil tokoh  utama untuk disuruh membeli bumbu dapur. Dengan tegas tokoh utama menolak, lalu sekonyong-konyong ibunya datang dan menampar wajah anaknya."Itu salah satu adegan yang  saya suka, menjadi ringan karena adegan itu disajikan dengan sederhana. Si Anak wajahnya polos, dan kemarahan ibunya ditunjukkan dengan wajar. Tidak heroik dan berlebihan," tambah Sulung.

Dalam sebuah diskusi setelah pementasan, Andy juga mengakui pertunjukannya diinspirasi oleh kejadian sehari-hari yang dialaminya."Saya sutradara, penulis naskah, editor, aktor, dan kadang-kadang menyamar menjadi penyair. Semua campur aduk. Pentas ini bersumber dari apa yang saya alami dan didedikasikan untuk ibu saya dan seluruh pengalaman di masa lalu," katanya.

Bagi Andy menjadi penyair tidaklah harus terkotak-kotak dalam satu disiplin tertentu. Baginya menjadi penyair sebagaimana pilihan profesi sebagai seniman lainnya tidak lebih dari main-main semasa pentas tujuh belas agustusan. Semua orang bisa dengan mudah bertukar peran,  tidak ada sekat-sekat antara menjadi aktor, penyair, penulis naskah atau pilihan profesi lainnya."Saya hanya ingin menyatakan kehidupan kesenian itu tidak terkotak-kotak. Tak heran dalam pementasan puisi saya ini saya mengandalkan semua potensi dan sumber daya yang saya miliki," tegasnya. (m8 / Adin)


Dari Kesalahan Negara, Berubah Menjadi Maha Karya
oleh Imam Supriono pada Sabtu, Juli 21st, 2012 dilihat 125 kali
Pasti menjadi hal yang sangat menggembirakan kalau sebuah karya tulis bisa di diabadikan menjadi buku. Yap, hal inilah yang mungkin sedang dirasakan Andy Sri Wahyudi. Cowok dengan gaya gokil yang berasal dari Jogja ini baru saja melakukan bedah buku yang dibuatnya lho. Nggak hanya melakukan bedah buku saja, tapi bekerjasama dengan teman-teman dari Teater Kaplink Udinus, dia juga mementaskan tulisan puisi yang di bukukannya dalam fragment kasih sayang lho.
Gedung E Universitas Dian Nuswantoro lantai tiga adalah tempat yang dijadikan sebagai tempat berlangsungnya acara yang bertajuk “Sahabatan Dengan Dik Ibliz”. Tepat pada jam tujuh malam acara pun dimulai. Dengan mementaskan sebuah drama yang diambil dari buku hasil garapan Andy, mereka menghibur para penonton yang malam itu ikut hadir membanjiri veneu. Karena alur cerita pementasan dan tingkah laku para pemainnya yang gokil, nggak sedikit juga penonton yang tertawa terbahak-bahak.
Sebenarnya memang asal mula buku yang berisi kumpulan puisi yang dibuat Andy memang gokil. Jadi nggak salah kalau pementasannya sedikit berbabau humor.
Andy yang sebenarnya adalah orang yang nggak tahu sistematika dunia tulis nggak merasa minder untuk menjadi seorang penulis. Dengan memilih puisi yang mungkin banyak dari penerbit mayor label menimang puisi, maka dipilih jalur Indie untuk menyalurkan hobi menulisnya itu. Dengan ciri khas gayanya yang kekanakan, imajinya yang ‘kartun’ ini dia menceritakan hal-hal yang sederhana seputar kesehariannya.
Cowok yang menjadi penulis sekaligus sutradara dan pemeran ini juga menuturkan bahwa karena kesalahan negara lah yang membuatnya menjadi seorang seniman seperti ini. “Yang membuat saya terjun di dunia seni itu sebenarnya adalah karena kesalahan negara. Hehe! Karena dari kecil saya dididik menampilkan drama, puisi atau yang lain yang berbau dengan puisi pada peringatan 17′an”, tuturnya sambil tertawa. Dia juga mengaku bahwa dari lima saudaranya yanng lain, hanya Andy lah yang nggak memiliki jiwa seni di dalam dirinya. Namun karena terbiasa dari kecil, maka dari itu sekarang dia jadi seorang seniman.
Setelah 10 tahun menulis, akhirnya tiga buah buku pun dikeluarkannya. Sebut saja, “Uh Kamu Nyebelin (II&UKN)”, “Ibliz Imut”, “Ibu Aku Minta Dibeliin Mushola (IAMDM)“. Setelah selesai menyelesaikan bukunya itu dia juga mencurahkan isi hatinya kalau dia menyayangkan bukunya itu untuk dijual. “Sebenarnya nggak enak untuk menjual buku itu. Karena setelah menjualnya saya takut nggak bisa nulis lagi”, kata Andy dengan sedikit sedih.
Ya, kita doa kan saja semoga buku yang dibuat Andy bisa laku di pasaran. Semoga saja dengan di bedahnya buku itu semakin membuat Andy semangat untuk menulis kembali dan selalu memiliki inspirasi-inspirasi menulis yang lebih banyak. Amin! Keep spirit Andy!!!


Headlines News :
Home » Agenda » Rabu, "Sahabatan Sama Dik Ibliz" di Udinus 

Rabu, "Sahabatan Sama Dik Ibliz" di Udinus

Rabu, "Sahabatan Sama Dik Ibliz"" di Udinus

SEMARANG- Kegelisahan para seniman terus terjadi seiring laju peradaban zaman, mereka berusaha menemukan identitas dengan segala kebebasannya dalam berekspresi.

Seperti seorang sastrawan muda asal Jogjakarta, Andy Sri Wahyudi ini. Dengan menggandeng Teater Kapling Udinus serta aktivis kesenian di Semarang, karya-karya puisi seniman ini bakal "unjuk gigi" dalam pementasan puisi fragmen kasih sayang bertajuk "Sahabatan Sama Dik Ibliz", Rabu, (18/7) mulai pukul 19.00-23.00. Pergelaran akan berlangsung di Gedung E Lantai 3 Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang dengan tiket masuk Rp 10 ribu.

Pembacaan puisi kali ini mempunyai konsep, corak dan inovasi baru dari sang penggagas, Andy. Ia selaku penulis puisi, juga menjadi aktor sekaligus sutradara. "Bentuknya pementasan teater. Maka kami melibatkan beberapa aktor lain," tutur Bintang Al Huda selaku ketua perhelatan tersebut.

Beberapa aktor yang dilibatkan masing-masing; Desita Wahyu Gundi Aditya, Ficky Tri Sanjaya. Sementara pada Lighting dipegang oleh Firdaus Firmanto.
Menurut Bintang, Andy memang sengaja diusung dalam pertunjukan tersebut, sebab sastrawan satu itu mempunyai corak yang unik dalam generasi belakangan ini. "Sehingga, Andy kami anggap menarik dan karya sastra milik Andy patut mendapat apresiasi," ungkapnya.

Materi dalam pementasan ini diambil dua buku kumpulan puisi karya Andy Sri Wahyudi. Masing-masing berjudul "Ibliz Imut: Uh, Kamu Nyebelin!" dan "Ibu, Aku Minta Dibelikan Mushola". "Kami menggabungkan sisi puisi dengan teater. Setiap kata diramu dan diterjemahkan ke dalam bentuk konsep pertunjukan. Mulai kata-kata ringan, selenge'an, hingga kata penuh arti. Kesemuanya disampaikan secara lugas, bebas tapi tertata," terang Bintang.

Andy mengaku menggubah karya-karya puisinya sendiri untuk dipersembahkan secara khusus pada acara ini. "Jangan lupa datang lebih awal supaya kita bisa berbincang. Disediakan berkardus-kardus senyuman untuk Anda," timpal Andy yang juga aktif sebagai penulis dan sutradara di Bengkel Mime Theatre, sembari bercanda.

Tidak hanya itu, dalam rangkaian acara tersebut juga akan dilakukan bedah buku, yakni dua buku kumpulan puisi karya Andy Sri Wahyudi. Narasumber dalam diskusi dan bedah buku tersebut bakal mendatangkan sastrawan sekaligus jurnalis Adin Hysteria dan seniman senior Agung Hima. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Bintang +6287832358297. (G-15)


Home » AGENDA » Rabu, Bedah Buku Sahabatan sama Dik Ibliz di Udinus

Rabu, Bedah Buku Sahabatan sama Dik Ibliz di Udinus

By HaloSemarang - Sun Jul 15, 6:37 pm
Diskusi dan launching dua kumpulan buku karya Andy Sriwahyudi bertemakan “Sahabatan Sama Dik Iblis” akan digelar di Udinus.
Acara yang akan diselenggarakan pada 18 Juni 2012 ini dimeriahkan oleh Desita Wahyu, Gandhi Aditya, Ficky Tri Sanjaya serta sang penulis.
Pementasan yang akan dimulai pukul 19.00 ini juga menampilkan mini mime dan drama serta pembacaan puisi oleh rekan-rekan penyair Solo dan Semarang.
Jangan lewatkan diskusinya bersama Adin dan Agung Hima dalam membedah “Ibu, Aku Minta Dibelikan Mushola” dan “Ibliz Imut: Uh, Kamu Nyebelin” di Auditorium Gedung E Lantai 3, Jalan Nakula 1 No. 5-12 dengan harga tiket masuk Rp 10 ribu saja.
(Fitria Rahmawati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar