Sabtu, 16 April 2011

Galuh Suka Mencuri Bunga Mawar


Oleh: Andy Sri Wahyudi

Setiap pulang sekolah, Galuh selalu mencuri bunga mawar ibu yang berjajar rapi di halaman rumah. Ibu marah-marah padaku tiap kali mendapati bunga mawarnya hilang. Tapi aku hanya diam saja, ibu tak kuberitahu kalau Galuh pencurinya.
Sudah seminggu Galuh mencuri bunga-bunga mawar ibu, tapi ibu tak pernah tahu siapa pencuri bunga-bunga mawarnya. Ibu menjadi penasaran dan jengkel. Ibu pernah bela-belain tidak masuk kerja karena saking penasarannya, ia hanya ingin tahu siapa pencuri bunga mawarnya. Seharian ibu mengintip dari balik jendela ruang tamu. Sayang, hari itu Galuh tak mencurinya. Mungkin ia lupa atau sedang sakit. Dan ibu semakin jengkel.
Siang itu, kulihat Galuh mencuri dua tangkai bunga mawar. Aku berlari keluar rumah hendak mengejarnya, tapi Galuh sudah masuk rumahnya, yang hanya selang dua rumah dari rumahku. Aku masuk rumah sambil bertanya-tanya sendiri. Setahuku Galuh anak yang baik, dia pemberani, rajin, dan pendiam. Meskipun baru masuk sekolah dasar, dia sudah berani berangkat sekolah sendiri naik sepeda mini. Setiap sore sebelum berangkat mengaji ke Masjid, dia tak pernah lupa menyiram tanaman dan menyapu halaman rumahnya.  Bukan hanya aku, semua tetangga juga tahu kalau Galuh anak yang baik. Tetapi aku tidak tahu mengapa Galuh mencuri mawar-mawar ibu?
Sore harinya Galuh dan ibunya datang ke rumahku. Galuh meminta maaf pada ibu. Galuh mengaku, tiap pulang sekolah ia mencuri bunga mawar ibu, lalu meletakkan bunga mawar itu di atas televisi, karena setiap hari Galuh melihat orang mati di televisi.
Sekarang ibu sudah tahu, siapa pencuri bunga mawarnya.

Tegal Kenongo, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar