Minggu, 17 April 2011

Lima pucuk puisi




di bawah hujan
: meme
/1/
…lalu kita sulam cerita di beranda
dengan segelas kopi dan camilan.
kurasa kita cukup dewasa tuk merubah cinta
beranjak dari ingatan, memotong mimpi
dan membungkus kekasih bangsat

/2/
barangkali malam tak menjawab perasaan
tapi jarum jam dan deras hujan?
ia menjulur di jendela kamar dan
masih terlihat memar

/3/
kita bukan prakiraan cuaca
karena hujan tak berkesudahan
rintiknya menggenggam masa lalu
berdiri di depan pintu rumahmu

/4/
sebentar lagi, hujan akan melintas di matamu
ia melukis pagi yang akan datang padamu
mengajakmu bermain di beranda rumahmu
dan membawakanmu mimpi

/5/
hei, laron-laron sudah berdatangan
membawa pagi yang belum jadi
sedangkan kita, enggan menjadi api
yang membakar  pertemuan ini

/6/
sayang…sudah, sudahlah…
semuanya sudah mereda 

prayan, 2007


separuh tahun yang bergerak
:olp

kita sudah melewati separuh tahun dengan pakaian dan aksesoris percikan api
juga seperangkat melodrama
aku sudah tak bisa menyentuh tubuhmu lagi, karena kamu sudah menjadi hantu berwarna ungu, tapi aku ingin bertemu denganmu di jantung kota.
sungguh, tak ada yang abadi jika ketakutan itu masih kaku
dan tak sanggup menatap mata.
aku bingung dengan kepalaku yang berbentuk segitiga, yang tak juga kau mengerti setiap sudutnya. aku malas menghitung, sepertimu yang malas membaca. tapi aku rajin bicara denganmu di setiap lorong malam, lorong tempatmu bergentayangan menabur wangi ingatan. tapi sayang, tak ada lagi upacara denganmu, yang menghormati bendera cinta dari bibirmu. 

adalah laku; adalah sumpah dan serapah; adalah tawa yang bersinar dari setiap perjalanan.
aku ingin, jadilah kamu sesuatu yang terus bergerak.
di sini: di dekat detak jantungku.

januari 2009




di tepi sungai

di tepi sungai itu kita kehilangan nama
karena jejak cinta telah beruban
tak ada yang melintas kecuali suara serangga
dan cuaca seperti menyulam lelah yang singgah
pada setiap paragraf  pertemuan.

di atas batu-batu sungai, kita pernah bercerita
tentang sayap burung yang patah sebelah
dan sepasang ikan yang mati dalam akuarium
cerita yang enggan menjadi tragedi dan terus
mencari sunyi.

sungai masih mengusung sampah dan busa-busa
seperti catatan yang lupa tanda baca, seperti larimu
dalam kabut sore yang tak lagi kau kenali.

sudah berbulan tak juga ada yang datang
masih tentang perbincangan batu-batu
dan malam abu-abu yang terus meracau
yang malas kita tinggalkan.
di tepi sungai itu gerimis mulai datang
dan menutup buku harian.

jogja, 2008



menari pukul 03:30 pagi

buat: wu

kurasa sudah tak ada waktu menggiling masa lalu
di tubuhmu,
yang berwarna coklat susu

sudah pagi, tutup seluruh pintu tubuhmu
tutup semua waktu, tutup suara desahmu.
tutup.

hanya satu jendela terbuka di punggungmu
jendela yang terbuat dari kalung emas ibu
biarkan matahari menembus degup jantung
dan gerak yang datang dari dua belah mata

jangan melamun atau berlari
sebab luka selalu tumbuh
lihat saja jendela itu
di sana kan terlihat pagi merah jambu

di sana kan kau temukan aku
di dekat detak jarum jarum jam itu.

jogja, 2 juni 2009



jangan menangis lagi ya...
: dik bumi

berangkatlah naik kereta dan bukalah jendelanya, seluruh kenangan akan berjatuhan satu persatu. tinggalkan semua yang pergi darimu. titipkan perasaanmu pada teman baikmu. berlarilah kepadaku, nanti akan kuceritakan dongeng tentang putri minerva dan laba-laba. tapi kamu jangan tidur terlalu malam, karena nanti akan didatangi hantu masa lalu. esok pagi aku akan mengajarimu meracik resep kesedihan, kita akan membungkus seribu butir airmata yang sudah membatu dengan daun pisang. lalu kita taruh di bawah sinar ultraviolet pagi. kita menunggu daun pisang yang akan membuka perlahan, dan butiran airmata segera berubah menjadi pelangi. dan sejak saat itu kesedihan akan berwarna-warni. Ada sedih yang warnanya ungu, merah, jingga, dan Nila. ada sedih yang remaja dan cantik, sedih yang ganteng, sedih yang fotogenik dan genit. ada juga sedih yang masih anak-anak, ingusnya meler-meler. Ia berlari telanjang bulat sambil menangis karena di kejar ibunya si sedih disuruh mandi.wah... pasti kamu senang melihatnya. Melihat kesedihan berlarian lincah kesana-kemari. atau kamu masih suka mabuk di atas trotoar denganku? seperti tempo hari di tahun baru, ketika kembang api berledakan di langit hitam, sehitam patah hatimu. maukah kamu kugambarkan anak panah? aku akan memberimu sebuah peta kota agar setiap sore kamu melihat drama komedi, satire, dan tragedi di pinggir-pinggir jalan. oh, andaikan saja musim layang-layang tiba, aku kan mengajakmu menjadi layang-layang. kita bisa bicara dengan angin dan burung-burung. bertanyalah tentang kebebasan pada mereka; bertanyalah apakah mereka pernah bertemu dewa? tanyakan lagi, apakah para dewa tak lagi membuat cinta?
ntar malam kita akan melihat pameran senirupa yang pengunjungnya tak berpakaian. membiarkan tubuhnya sejuk dan jujur, sejujur datangmu dan senyum pertama di stasiun itu, senyum yang bengal dan persetan!

Januari 2009

2 komentar:

  1. Selamat atas peluncuran blog pribadinya mas Andy Sri Wahyudi...kami segenap direksi PT Warga Tertawan ikut bahagia, dan berharap bisa tetap bekerjasama...salam...

    BalasHapus
  2. terimkasih...Tuan Sony...bagaimanapun anda tetap menjadi inspirasi saya untuk bekerja lebih keras dan berkaraya!

    salam manis...

    BalasHapus